Pertanyaan ini berkecamuk dalam pikiran dan perasaanku….
Aku teringat bahwa kecintaan Allah terhadap
hamba-Nya bukan datang seenaknya hamba, tapi karena sebab-sebab yang disebutkan
oleh Allah dalam kitab-Nya.
Aku coba untuk mentadabburi dan memutar file-file
tentang hal itu yang terdapat di dalam al Qur’an. Aku berusaha mengukur diriku
terhadap ayat-ayat itu dengan harapan aku menemukan jawaban terhadap kegundahan
ini. Semoga aku termasuk ke dalam kelompok orang yang dicintai Allah.
1.
Pertama sekali aku menemukan ayat al Qur’an yang
mengatakan :
Namun sayang,
langsung batin ku berkata dengan jujur, aku tidak termasuk ke dalam golongan
ini.
2.
Langkah kedua, aku ketemu ayat yang mengatakan :
“Allah menyukai
Orang2 yang Sabar “ ( Al-Imran 146)
Dengan penuh
pengakuan tulus batinku langsung mengakui; teramat jauh diriku dari kelas
bergengsi ini. Betapa aku tidak mampu bersabar dalam menghadapi segala hal.
3.
Langkah ketiga, aku menemukan ayat yang mengatakan :
“Dan Allah
menyukai Orang2 yang berbuat kebaikan” (Al-Imran 148).
Batinku pun
tersenyum getir sambil merenung penuh insaf, kebaikan apa yang sudah ku
lakukan? Aku masih punya malu untuk tidak mengaku-ngaku termasuk kelompok orang
baik.
Di saat itu aku
berhenti merenung. Aku takut kalau-kalau aku tidak menemukan di dalam diriku
sifat yang membuat Allah cinta kepadaku.
4.
Langkah keempat, aku menemukan ayat al Qur’an yang mengatakan
“Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya”
( Al-Imran 159
)
mencintai orang
yang bersungguh-sungguh di jalan-Nya. Bukan sok tawadhu’, batin ku langsung
terkulai mengakui betapa aku lebih banyak dikalahkan oleh rasa malas dari pada
bersungguh-sungguh.
Kemudian aku
mencoba untuk membuka lembaran amal apa saja yang pernah aku lakukan? Namun,
jangankan mendatangkan keoptimisan, telingaku memerah sendiri, keringat dingin
mulai berkucuran, aku berusaha langsung melupakannya. Aku malu dengan diriku
sendiri. Ternyata semuanya bercampur dengan kemalasan, kekurangan, cacat, belum
lagi perbuatan yang semata-mata itu dosa dan maksiat.
Ketika aku akan
mengakhiri perenunganku, tiba-tiba tangan ku membalik mushaf al Qur’an yang
berada di pangkuanku.
5.
Saat itu mataku langsung tertuju kepada potongan ayat
yang berbunyi:
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri” ( Al Baqarah: 222 )
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri” ( Al Baqarah: 222 )
Seolah-olah aku
merasa kalau ayat itu diturunkan kepadaku saat itu, untuk menghilangkan gundah
di hatiku dan menimbulkan harapan kalau Allah juga cinta kepadaku.
Air mata haru
tidak bisa terbendung dari mataku. Perasaan lembut menjalar dari hulu jantung
sampai keseluruh pori-pori di tubuhku. Hatiku bergumam; ternyata aku juga
dicintai Allah. Aku sampai terisak menahan haru.
Aku pun mulai
melantunkan kalimat istighfar:Aku minta ampun kepada Allah yang tiada tuhan
selain Dia, yang Maha Hidup dan Maha Mengatur, dan aku bertaubat kepada-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar